Peran Wanita dalam Islam (Final Part)


C. Peran Wanita dalam Mendampingi Suami

Suami soleh kebanyakan dibelakangnya ada istri solehah. Laki-laki dalam menjalankan tugasnya baik di dalam atau di luar rumah sering mendapat kendala ujian dan cobaan. Kegoncangan jiwanya kadang-kadang tidak mampu dikendalikan sendiri. Nah, saat-saat seperti itulah peran dan bantuan istri sangat dibutuhkan.

Istri yang solehah selalu memberi dorongan untuk terus maju memberi siraman ruhiyyah pada sang suami agar tetap semangat dalam menapaki duri-duri jalanan, memberi bensin untuk tetap berjalan di atas rel Islam. Ketika suami sedang panas tidak selayaknya istri mengompori, tapi berusaha untuk meredam dan mendinginkan agar suami sadar dan tetap sabar.

Banyak sekali suami terjerumus ke lembah hina disebabkan istrinya tidak bisa membimbing ke arah yang baik. Juga tidak sedikit suami dulunya kurang baik setelah beristri justru ia makin membaik. Oleh sebab itu, wahai para ibu-ibu solehah dukunglah suami untuk menjadi suami yang soleh pun bagi yang belum bersuami agar suatu ketika mempunyai suami dukunglah suami dalam melakukan kebaikan di jalan Allah.

Mencurahkan tenaga, pikiran, bahkan nyawa untuk tegaknya Islam di muka bumi dengan tidak membebaninya dengan tugas-tugas rumah yang mana bila para istri mengerjakannya dengan ikhlas, akan dapat pahala dan sang suami semakin sayang. Semangat di medan dakwah dan juang, berikan waktu seluas-luasnya pada sang suami untuk mencurahkan waktu hidupnya untuk Islam tercinta.
Istri selain sebagai motor bagi suami, ia juga dibebani oleh kewajiban-kewajiban terhadap suaminya agar tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah.

D. Peran Wanita dalam Menegakkan Negara

● Peran Wanita dalam Dakwah
Di samping wanita sebagai ibu rumah tangga dan pendidik generasi, ia dalam satu waktu juga berperan sebagai pendidik para pemudi-pemudi dan ibu-ibu. Di dalam rumah ia pendidik anak-anak, sedang di luar rumah ia pendidik sebagian anggota masyarakat. Jumlah wanita di dunia ini lebih banyak dari pada jumlah laki-laki. Bila potensi ini tidak diarahkan dan dididik dengan baik, ia akan menjadi penghancur masyarakat, negara bahkan dunia.

Suatu masyarakat dikatakan berhasil, bila wanitanya berakhlak mulia. Wanita bagaikan mahkota, bila mahkotanya baik, maka seluruhnya akan kelihatan cantik dan bagus. Tapi bila mahkotanya rusak, maka yang lainpun tidak ada artinya.

Seorang wanita tidaklah cukup berkutat dalam rumah saja sebagai IRT, karena para tunas bangsa dan agama telah menunggu uluran tangannya. Apalagi pada saat ini, umat sedang mengalami penurunan akidah, moral dan ibadah. Wanita tak segan-segan lagi melepas jilbabnya. Bahkan menanggalkan pakaian muslimahnya, justru pakaian-pakaian barat, pakaian orang kafir yang menjadi kebanggan mereka. Tidak malu-malu lagi wanita menggandeng, ngobrol, pegang sana pegang sini dengan laki-laki bukan mahram. Pergi berduaan tanpa merasa berdosa.

Berkhalwat dengan alasan urusan organisasi, kantor dan sebagainya. Tidak sampai di situ saja, bahkan lebih dari itu. Oleh sebab itu tugas seorang wanita muslimah adalah mentarbiyah diri, anak-anak dan seluruh lapisan masyarakat, khususnya kaum wanita. Sedang kaum lelaki, akan dididik oleh para suami dan pemuda-pemuda yang akan mentarbiyah mereka.
Bahu membahu antara istri dan suami akan menciptakan sebuah masyarakat Islami, yang pada akhirnya akan menjadi sebuah negara yang bernuansa Islami.

E. Peran Wanita dalam Peperangan dan Jihad

Peperangan pada hakikatnya diwajibkan atas laki-laki, kecuali pada waktu-waktu darurat. Tapi tidak menutup kemungkinan perempuan ikut andil di dalamnya. Di antara perannya dalam hal ini adalah memberikan minuman, mengobati yang luka-luka akibat perang, menyiapkan bekal dan lain-lain. Bila para wanita melakukan hal ini dengan ikhlas, pahalanya sama dengan orang yang berjihad.

Sejarah pun telah menuliskan dengan tinta emas, peranan wanita dalam peperangan. Ketika perang Yarmuk, Khalid bin Walid sebagai panglimanya menugaskan wanita, diantaranya Khansa`, untuk berbaris di belakang barisan laki-laki, tapi jaraknya agak jauh sedikit. Tugas mereka adalah menghalau prajurit laki-laki yang melarikan diri dari medan perang. Mereka dibekali pedang, kayu dan batu. Shafiyah binti Abdul Muthalib juga pernah membunuh seorang Yahudi pengintai. Dan banyak lagi contoh-contoh yang nyata yang dapat menjadi suri tauladan bagi para wanita.

Wanita memiliki banyak peran penting dalam Islam, karena itu… Wahai para muslimah, mari menjadi hebat untuk mencetak generasi yang hebat pula. *menjadi pelajaran penting bagi muslimah-muslimah yang belum menikah (termasuk saya, masih belajar)*

No comments