Selembar kertas dan pensil adalah media pertama yang saya ketahui sebagai alat tulis ketika tahun 2001 saya mulai masuk sekolah, saat itu segala jenis kertas seperti kalender, undangan pernikahan, kardus, dan sebagainya saya kumpulkan untuk ditulisi atau menjadi media tempat saya menggambar.
Kertas memiliki fungsi yang sangat memengaruhi masa kecil saya bahkan hingga sekarang. Kertas sudah berperan besar dalam melipat gandakan kebahagiaan-kebahagiaan kecil, bahkan kertas membuat saya menjadi lebih kreatif, pasalnya saya sangat menyukai kerajinan tangan dan karya seni dari kertas.
Buku-buku yang sangat saya sukai juga terbuat dari kertas, dan uang sebagai alat tukar juga terbuat dari kertas. Tidak, kita tidak bisa menyingkirkan peranan besar kertas dalam kehidupan. Dan oh iya tentu kita sangat membutuhkan media online, namun pernahkah mendengar ungkapan begini? ‘Jika saya tidak melihat tinta hitam di atas kertas putih, maka saya tidak akan percaya.’
Ungkapan tersebut menegaskan pada kita bahwa ada sesuatu yang tak bisa dilakukan media online, pun jika hal tersebut bisa mungkin saja kita tidak terlalu memercayainya seperti surat perjanjian yang membutuhkan tanda tangan, atau kontrak pekerjaan dan lain sebagainya.
Secara pribadi saya memang lebih suka mengonsumsi hard-copy daripada soft-copy. Bukan karena apa-apa, hanya saja terasa lebih sakral seperti pada moment membaca buku, koran dan majalah.
Kembali lagi pada masa kecil, kertas memang sudah mencuri perhatian dengan fungsinya yang menakjubkan. Saya bisa mengabadikan banyak hal di kertas, tulisan-tulisan saya yang saat itu lebih mirip cakaran ayam namun masih ada dan masih bisa saya lihat sekarang ini.
Pada saat saya menjadi juara kelas, hadiah yang diberikan oleh guru adalah tumpukan buku tulis, saya sangat senang karena bisa menulis dan menggambar lebih banyak dari biasanya.
Percikan kebahagiaan di masa kecil dan masa remaja tak luput dari peran kertas dalam kehidupan saya, terlebih ketika beranjak masuk Sekolah Menengah Atas saya suka menggambar pola-pola baju sebab dulu saya bercita-cita menjadi seorang fashion designer.
Bersambung...
No comments