![]() |
Judul di atas sebenarnya bukanlah perkara besar, tetapi cukuplah bisa membuatku mengelus dada pagi-pagi begini.
Tidak hanya kali ini, dulu waktu kuliah juga pernah sekali dua kali aku dipanggil 'Mbak' oleh teman satu angkatan dan yang lebih parah oleh orang yang lebih tua dariku.
Kalau orang yang lebih muda dariku memanggil 'Mbak' okay itu memang tidak masalah, tapi ini jelas-jelas ia lebih jauh di atasku tetapi masih memanggilku 'Mbak'.
Kesal sih enggak, tetapi lucu aja. Aku tahu barangkali beberapa lelaki (senior) memanggilku 'Mbak' itu karena menjaga sopan santun dalam komunikasi, dan mungkin mereka juga belum terlalu mengenalku. Okay, aku maklumi.
Tapi, kalau percakapan itu gak dikasih embel-embel 'Mbak' sebenarnya malah lebih baik. Kalau memang tidak tahu berapa umurku, tidak perlu diujungi 'Mbak' setiap percakapan. Bikin aku mengelus dada aja hoho...
Ini sih ceritanya protes, aku juga mengelus dada saat ada orang yang lebih muda dariku tapi justru manggil 'dek'. Ini juga sering, coba deh kalau memang belum kenal jangan dikasih embel-embel 'Mbak' atau 'dek'.
Misal: "Mau kemana, dek?" gak masalah kalau diganti "Hai, mau kemana?"
contoh lagi: "Iya, silakan Mbak." justru tidak apa-apa diganti "Iya, silakan :)"
FYI, umurku 22th dan jadi 23th pada Oktober 2018. Nah, kira-kirakanlah manggil aku 'Mbak' atau 'dek' mohon disesuaikan. Tapi yang jelas, aku lebih suka kalau orang memanggilku dengan menyebut nama: Eva / Eva De / Eva Destrianti.
Kemudian, untuk orang yang memanggilku: Eve, Iva, Ev, Va, Ava... it's okay, silakan saja selagi tidak memanggilku dengan sebutan yang buruk dan tidak kusukai.
Jangan salah kaprah lagii yaa... jika kau lebih tua dariku, aku bukanlah Mbakmu... dan jika kau lebih muda dariku, aku bukanlah adekmu... wkwk maapkeun tulisan rempong ini...
No comments