![]() |
Kebanyakan dari kita mulai mencari disaat diri belum siap untuk menemukan. Akibatnya ketika rasa sudah tiba pada satu pilihan akan menjadi sebatas angan-angan yang mengganggu pikiran.
Angan-angan dengan pilihan secara perlahan membuka ruang kemaksiatan. Pikiran didorong untuk lebih mengenal pilihan, kemudian terpancing untuk mendekat, dan bahayanya berpikir untuk memiliki (pacaran) disaat belum siap memiliki (pernikahan).
Kemudian katakanlah sekarang kita sudah siap memiliki orang yang sudah dipilih sebelumnya tadi, apakah yang dipilih kemudian siap dan mau untuk dimiliki? Ternyata benar hanya sebatas angan.
Mulailah memilih disaat diri yakin siap memiliki. Kalaupun siap jangan membatasi diri pada seseorang, seolah benar kita akan memilikinya tanpa hambatan. Biarkan prosesnya mengalir hingga sampai pada tujuan.
Pedoman memilih sudah diberikan kepada kita dari manusia paling mulia, maka ikutilah. "Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena harta, kecantikan, nasab, dan agamanya. Maka pilihlah alasan menikahinya karena agamanya. Kalau tidak maka rugilah engkau."
Setiap kita pasti menginginkan yang terbaik, maka perlu kita ingat juga bahwa laki-laki yang baik nantinya untuk wanita yang baik, begitu pula sebaliknya (QS. 24:26) itulah janji Sang Maha Pencipta.
Maka langkah kita adalah perbaiki diri semaksimal mungkin untuk menjemput yang terbaik. Memantaskan diri agar sesuai angan-angan.
Sesungguhnya pilihan itu telah ada saat kita pertama dilahirkan. Yang Maha Kuasa yang akan menuntun hingga sampai pada takdir kita. Inilah kenapa pilihan akhir umumnya tak terduga. Karena hakikatnya kita bukan memilih, tetapi menjemput takdir pilihan.
Tinggal sekarang tentukan dengan jalan apa takdir itu akan dijemput. Jemput dengan jalan maksiat atau dengan jalan yang sesuai tuntunan.
*ditulis oleh: Yusuf Kurniawan
No comments