![]() |
Lepas percakapan diselingi deru kendaraan,
sejenak terdiam...
Mata kita tertuju pada Asparagus yang bergelung di piring hitam dengan motif dedaunan.
Kau melanjutkan cerita ketika derap langkah terdengar meninggalkan kita.
Kulihat kau memutar pandangan ke kanan,
bias lampu jalan pun tampak jelas dimatamu.
Satu, dua, tiga dan seterusnya
telunjukmu mengetuk gelas smoothie jeruk pelan-pelan
Sebenarnya, aku ingin bertanya; apa yang kau pikirkan?
Namun aku terdiam, menyelami pandanganmu dalam-dalam.
"Coba kau lihat dua pohon besar di seberang jalan." pintaku lalu menunjuk lewat dinding kaca di sebelah kanan.
"Dan?" oh iya, kau terlihat kebingungan.
"Kalau dulu orang menanam pohon itu berdekatan, tentu keduanya tak akan tumbuh besar, rindang dan indah seperti sekarang." kataku dan terlihat kau mengembuskan napas berat.
Lalu aku melanjutkan, "Itulah kenapa jarak itu penting, dan coba perhatikan lagi! Ranting dua pohon itu saling menyapa. Dan tentu bisa kau bayangkan sendiri bagaimana kuatnya ikatan akar mereka."
"Sejak kapan kau bisa membaca pikiranku?" ujarmu. "Jadi, kesimpulannya jarak itu bisa membuat kita tumbuh lebih baik. Dan sebuah perasaan, seperti akar pohon itu kan?"
Kau kembali memastikan, lalu aku pun mengangguk mengiyakan. Namun, suatu hari nanti kita harus siap jika sesekali rindu datang menghampiri. Dan tersenyumlah, karena yang perlu kau tahu adalah bahwa kita masih di bawah langit yang sama.
Itu cerita tentang Selamat Malammu yang ke sekian. Selamat berjuang! Pastikan kau kuat, tangguh dan tak terkalahkan.
sejenak terdiam...
Mata kita tertuju pada Asparagus yang bergelung di piring hitam dengan motif dedaunan.
Kau melanjutkan cerita ketika derap langkah terdengar meninggalkan kita.
Kulihat kau memutar pandangan ke kanan,
bias lampu jalan pun tampak jelas dimatamu.
Satu, dua, tiga dan seterusnya
telunjukmu mengetuk gelas smoothie jeruk pelan-pelan
Sebenarnya, aku ingin bertanya; apa yang kau pikirkan?
Namun aku terdiam, menyelami pandanganmu dalam-dalam.
"Coba kau lihat dua pohon besar di seberang jalan." pintaku lalu menunjuk lewat dinding kaca di sebelah kanan.
"Dan?" oh iya, kau terlihat kebingungan.
"Kalau dulu orang menanam pohon itu berdekatan, tentu keduanya tak akan tumbuh besar, rindang dan indah seperti sekarang." kataku dan terlihat kau mengembuskan napas berat.
Lalu aku melanjutkan, "Itulah kenapa jarak itu penting, dan coba perhatikan lagi! Ranting dua pohon itu saling menyapa. Dan tentu bisa kau bayangkan sendiri bagaimana kuatnya ikatan akar mereka."
"Sejak kapan kau bisa membaca pikiranku?" ujarmu. "Jadi, kesimpulannya jarak itu bisa membuat kita tumbuh lebih baik. Dan sebuah perasaan, seperti akar pohon itu kan?"
Kau kembali memastikan, lalu aku pun mengangguk mengiyakan. Namun, suatu hari nanti kita harus siap jika sesekali rindu datang menghampiri. Dan tersenyumlah, karena yang perlu kau tahu adalah bahwa kita masih di bawah langit yang sama.
Itu cerita tentang Selamat Malammu yang ke sekian. Selamat berjuang! Pastikan kau kuat, tangguh dan tak terkalahkan.
No comments