Lima Hal Besar yang Membuat Dunia Terpukau pada 'Putra Sang Fajar'


Presiden pertama Indonesia ini terkenal dengan jargonnya 'Jas Merah' atau yang beliau maksud ialah Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.

Menimbang hal tersebut, jika berbalik ke belakang maka akan didapati banyaknya hal-hal besar yang amat luar biasa sudah dilakukan pahlawan-pahlawan kemerdekaan diantaranya ialah Bung Karno.

Sosok gagah yang seringkali tampil bersahaja ini rupanya sudah memukau dunia dengan karya-karya dan pemikiran hebatnya. Mengutip dari banyak buku dan sumber-sumber lainnya, Putra Sang Fajar ini memukau dunia dengan lima hal besar berikut ini.

1. Pledoi Sukarno “Indonesia Menggugat”


Banyak ahli sejarah menilai, pledoi Sukarno yang dinamainya “Indonesia Menggugat” – berhasil menelanjangi dan mempermalukan penguasa Kolonial Belanda ketika itu. Tidak adanya keadilan dalam hukum dan masuknya imperialisme serta kolonialisme yang melahirkan bentuk-bentuk penjajahan ekonomi, telah memasung kemerdekaan manusia Indonesia seutuhnya. Pembelaan Bung Karno tersebut, adalah salah satu masterpiece dari pemikiran seorang Sukarno. Persidangan yang bersejarah itu sendiri berlangsung 18 Agustus 1930, bertempat di Jl. Landraad, Bandung.

2. Menggelar Konfrensia Asia-Afrika


Sebagai negara yang baru lahir ketika itu, Sukarno dan juga karibnya dari India Jawaharal Nehru – berani memperkasai gelaran konfrensi bagi negara-negara Asia dan Afrika, yang saat itu masih banyak dalam cengkraman kolonialisme. Bung Karno bisa dikatakan sebagai  figur utama  atas gelaran KAA, beliaulah sosok pencetus dari pelaksanaan KAA pertama di Bandung.

Presiden Sukarno berhasil membangkitkan harga diri dan martabat negara-negara dunia ketiga melalui Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955. Melalu konfrensi ini, Sukarno meyakinkan negara-negara di dunia untuk tumbuh bersama sebagai kekuatan moral melawan tirani kolonialisme dan imperialisme.

Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika adalah sebuah konferensi tingkat tinggi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KTT ini diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.

3. Mengenalkan Pancasila di Sidang Umum PBB


Ada kebanggan yang begitu membuncah, dalam diri seorang Sukarno ketika itu. Keyakinannya terhadap dasar negara Republik Indonesia yang begitu kaya nilai, menurutnya – haruslah diketahui oleh banyak negara di dunia. Kesempatan ini diperoleh Sukarno pada tanggal 30 September 1960, bersamaan dengan pidatonya di depan Sidang Umum PBB ke-15. Naskah pidato Bung Karno yang begitu termasyhur dengan judul: “To Build the World A New”, membangun tatanan dunia yang baru berdasarkan Pancasila.

Bung Karno mengupas satu demi satu Pancasila dan penafsiran, serta pemaknaannya. Ia juga dengan bangga mengatakan bahwa Pancasila adalah sebuah ideologi alternatif bagi semua bangsa di Dunia. Pidato Bung Karno tersebut, telah memukau para pemimpin dunia. Sukarno juga memperkenalkan Pancasila, sebagai sripati yang dirangkai dari butir-butir manikam warisan Nusantara, yang telah merasuk ke dalam sanubari para pemimpin dunia ketika itu.

4. Memugar Makam Imam Bukhori dan Membebaskan Masjid Biru di Soviet


Makam Imam Al-Bukhori di Uni Soviet (Uzbekistan sekarang), menurut beberapa catatan ditemukan dan dibangun, setidaknya atas prakarsa Presiden Sukarno.

Syahdan menurut cerita, saat itu makam imam besar bagi umat Islam tersebut, yang terletak di Desa Khartank, dekat Samarkand -hendak diratakan dengan tanah. Ihwal dipugarnya makam Imam Al Bukhari, ketika Sukarno berkunjung ke Moscow. Saat bertemu dengan Sharof Rashidov, pemimpin Partai Komunis Uzbek, Sukarno memaparkan keinginannya untuk berkunjung ke Uzbek dan berziarah di makam Imam Al-Bukhari.

Setibanya di Uzbek, Rashidov pun kebingungan karena tidak tahu persis lokasi makam. Akhirnya Dia memerintahkan anak buahnya untuk melakukan pencarian dan berhasil diketemukan. Saat Sukarno tiba di makam, dia prihatin dengan  lokasi makam yang tak dikenal dan kurang terawat. Melalui diplomasi dan kedekatannya dengan Presiden Nikita Khrushchev, makam Imam yang dijuluki Amirul Mukminin fil Hadits ini, akhirnya berhasil dipugar dan dilestarikan.

Setali tiga uang dengan nasib manis makam Bukhori, Presiden Sukarno pula yang “memprakarsai” digunakannya kembali Mesjid kebanggaan muslim di Kota St. Petersburgh, setelah sekian puluh tahun menjadi gudang senjata kotor di negeri palu arit tersebut. Makanya tak heran jika Masjid yang memiliki kubah biru ini, kini disebut muslim setempat dengan nama Masjid Sukarno.

5. Membangun Mesjid Istiqlal Kebanggan Indonesia


Masjid Istiqlal adalah masjid negara yang terletak di pusat ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Sukarno dimana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Sukarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.

Sejarah merekam, Ir. Sukarno mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan alun-alun, dan Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta.

Selain itu Sukarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila. Hal ini yang kemudian hari, menjadi topik “Unity and Diversity”-nya dalam pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama, ketika mengunjungi Indonesia beberapa waktu silam.

No comments