Sang Jenius Bung Hatta dan Kisah Perjuangannya untuk Indonesia

Bung Hatta
Apa yang terpikirkan ketika mendengar nama Mohammad Hatta, atau Mohammad Athar, alias Bung Hatta?

Banyak orang mungkin akan mengatakan bahwa ia adalah sosok wakil presiden yang juga berperan besar dalam kemerdekaan negeri tercinta ini. Iya, benar dan tepat sekali. Namun, selain itu ada banyak hal menarik tentang Bung Hatta.

Sama seperti Bung Karno, Mohammad Hatta juga memiliki deretan kisah hebat. Ada banyak sekali prestasi tokoh nasional satu ini. Satu diantaranya ialah tentang intelektual dan jiwa mudanya.

Bung Hatta menempuh studi di Belanda, ini menjadi awal mula dari perkembangan intelektual Hatta yang sangat pesat, sekaligus membuka mata Hatta untuk memenuhi panggilan dirinya dalam memperjuangkan hak kemerdekaan Hindia Belanda (Indonesia).

Menjadi anak rantau di Eropa membuat matanya terbuka akan kemajuan peradaban, modernitas, perkembangan ilmu terbaru, serta peta perpolitikan dunia yang sedang berkecamuk paska Perang Sunia I dan revolusi di Rusia. Pada masa-masa ini jugalah ia mulai memikirkan berbagai bentuk ketidakadilan kaum kolonialis pada rakyat pribumi. Jiwa mudanya pun terpanggil atas ketimpangan yang terjadi di tanah air.

Selain melahap entah berapa ratus buku dari toko buku de Westerboekhandel dan perpustakaan kampus, Bung Hatta juga mulai aktif dalam berorganisasi. Diawali dengan pertemuan diskusi antar sesama pelajar dari Hindia Belanda di rumah persinggahan bernama Bilderdikjstraat, ia aktif dalam organisasi bernama Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia Belanda).

Dinamika diskusinya dalam organisasi tersebut, Hatta bersama dengan Tjipto Mangoenkoesoemo, Ki Hajar Dewantara, Soekiman Wirjosandjojo, dkk memutuskan untuk melakukan sesuatu yang cukup radikal pada masanya, yaitu mengubah nama organisasi mereka dari "Indische Vereeniging" menjadi "Indonesische Vereeniging" yang kemudian berubah menjadi "Perhimpunan Indonesia".

Mungkin mengubah nama organisasi itu terdengar sepele, tapi di saat itu perubahan nama organisasi berarti menyuarakan istilah Indonesia pertama kali dalam organisasi geopolitik (setelah sebelumnya disuarakan Tan Malaka dalam bentuk buku) yang artinya adalah bentuk pemberontakan terhadap Belanda.

Dari organisasi ini, Hatta, Sjahrir, dan para pemuda lain di Perhimpunan Indonesia semakin produktif gila-gilaan dalam menyerap ratusan bahan bacaan kelas berat dari mulai filsafat, ekonomi, politik, dan sastra. Sekaligus menulis artikel-artikel tajam tentang pembelaannya terhadap rakyat Hindia Belanda, salah satunya adalah buku Gedenkboek Indonesische Vereeniging, Hindia Poetra.

Hatta yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa muda, sudah berjuang untuk rakyat Hindia Belanda, tanah airnya di perantauan dengan mengikuti konferensi-konferensi Internasional di Perancis dan Belgia, bertukar ide dan gagasan dengan tokoh perjuangan antikolonialis kelas dunia semacam Nehru (Bapak Bangsa India) dan Hafiz Ramadan Bey (negarawan Mesir).

Di saat mahasiswa di Indonesia zaman sekarang masih banyak yang galau karena salah jurusan, mengerjakan tugas, sering bolos kuliah, dan lain sebagainya, tahun 1927, Hatta seorang pelajar dari tanah Minangkabau di ujung timur kepulauan Asia Tenggara, memimpin rapat internasional presidium menentang imperialisme dan kolonialisme di Brussel, Belgia.

Sampai akhirnya, Hatta yang saat itu menjabat sebagai ketua Perhimpunan Indonesia mulai meresahkan pemerintah Belanda akhirnya ditangkap dan dipenjara di Casius-straat bersama Nazir Pamuntjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat.

Dalam masa peradilan, Hatta membuat pembelaan yang sangat terkenal dan membuat masyarakat Eropa geger berjudul "Indonesia Vrij" (Indonesia Merdeka). Di waktu yang hampir bersamaan, Bung Karno juga menulis pembelaannya dengan judul "Indonesia Menggugat".

Inilah awal mula istilah Dwitunggal bagi Soekarno-Hatta melekat, bahkan sebelum mereka berdua bertemu. Setelah hampir enam bulan dipenjara, Hatta dibebaskan dan melanjutkan kuliah hingga lulus dengan gelar Drs pada 1932.

Drs. Mohammad Hatta kembali ke tanah air pada 20 Juli 1932 dan di umur 30 tahun dengan membawa segudang ilmu dan pengalaman, semangat perjuangan, kemampuan berbahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan Perancis.

Ia juga membawa ribuan buku bacaannya yang berjumlah 16 peti. Tapi terlepas dari semua ilmunya itu, seorang jenius kutu buku ini juga membawa pulang sebuah cita-cita yang mungkin dianggap kebanyakan orang sinting pada masa itu, yaitu memerdekakan Hindia Belanda dan mendirikan sebuah negara baru bernama Indonesia.

Keseriusannya ini ditandai oleh tekadnya untuk tidak menikah sebelum Indonesia Merdeka. Menakjubkan perjuangan Bapak Koperasi Indonesia ini. Hal-hal tersebut diatas hanya sekelumit dari rentetan panjang perjuangan Bung Hatta untuk negeri.

Menjadi wakil Bung Karno ia memimpin negeri ini. Orang-orang mengenal sosok jenius satu ini sebagai ekonom sepuh dengan ide-ide di luar arus besar (mainstream).

4 comments

  1. Pemikiran yang hebat dari sosok bung Hatta ini ... melalui buku, beliau mendapatkan ilmu sebanyak mungkin untuk memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah 👍

    ReplyDelete
  2. Iya, perjalanan hidupnya sangatlah menginspirasi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semestinya tokoh bung Hatta ini difilmkan ya, kak ...
      Jasanya sangat besar dan patut diapresiasi.

      Delete
    2. pasti keren kalau di filmkan...

      Delete