Serpih Tawa dan Duka di Timur Laut Benua Afrika

foto: Hafiz
 
SunfloWords.com - Dari Indonesia beranjak ke timur laut benua Afrika, Sudan. Di Negara yang terdapat banyak reruntuhan dan piramida Mesir ini menyajikan kepingan inspirasi yang mungkin tidak banyak diketahui.

Dulu semasa kuliah aku pernah membaca artikel yang menyebutkan bahwa Negara dengan ibukota Khartoum ini memiliki gerakan perempuan yang paling aktif di Afrika dan dunia Arab sekitar tahun 1960-1970an. Di Negara yang dipenuhi orang-orang berkulit hitam ini amat menjunjung tinggi peran perempuan.

Nah, Sudan juga memiliki anggota parlemen perempuan yang pertama di Afrika dan Timur Tengah pada tahun 1965, kemudian menteri kesehatan perempuan pertama di tahun 1974, lalu hakim perempuan pertama di Timur Tengah, dan berbagai profesi lainnya banyak yang dipegang perempuan.

Sertu M.Hafiz TNI AD yang bertugas selama satu tahun di sana sebagai Peacekeeper atau Pasukan Penjaga Perdamaian *note: bukan Yoo Si Jin kok xixi* memiliki pengalaman berkesan yang tentu tak akan terlupakan.

Dia menuturkan bahwa selama berada disana banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Aku yang melihat foto-foto Bang Hafiz bersama anak-anak di sana juga terkesan, potret tawa lepas sudah menjelaskan keramahan mereka.

Penduduk yang rata-rata beragama Islam dan berbahasa Arab ini tak lepas dari masalah himpitan kehidupan.

"Sedih melihat kehidupan disana, serba kekurangan dan benar-benar bertolak belakang dari kehidupan kita di Indonesia," cerita Bang Hafiz.

Aku juga pernah membaca bahwa pernah terjadi konflik perang saudara di Sudan. Dan tentu hal itu mempengaruhi dunia pendidikan anak-anak di sana. Menurut penuturan Bang Hafiz, anak-anak di sana cuma sekolah agama saja.

"Tapi, penduduk di Sudan sungguh luar biasa. Walau serba kekurangan namun mereka tetap tenang menjalani kehidupan. Bahkan mereka beribadah lebih dari yang biasa kita lakukan," kata Bang Hafiz.

copyright Hafiz
 
Jujur aku terenyuh, betapa tidak... dengan kondisi Indonesia yang adem dengan udara segarnya bahkan diriku saja merasa masih sangat kurang dalam beribadah. Sementara mereka, di tengah padang pasir yang seolah bisa membuat kulit terbakar dapat beribadah jauh lebih baik.

"Satu hal yang membuat mereka selalu semangat, yaitu terus bersyukur dengan apa yang mereka miliki sekarang."

Sampai disana Bang Hafiz menceritakan pengalamannya, aku kemudian berpikir panjang. Introspeksi diri. Sejauh mana syukurku selama ini?

Di sela tentang kuatnya peran perempuan di Sudan yang dulu pernah kubaca, ternyata di Negara ini juga tak sedikit ada perempuan yang meninggal ketika mengandung atau melahirkan. Dan anak-anak di sana seperti yang dituturkan Bang Hafiz, tidak berkesempatan mengenyam pendidikan dasar yang selayaknya mereka dapatkan.

Di balik senyum lebar anak-anak di Sudan, ada luka yang disembunyikan namun disembuhkan oleh ketegaran.

Dan kita di Indonesia yang memiliki kehidupan lebih baik, juga harus pandai menanamkan syukur dalam-dalam.

2 comments

  1. Bagus mbak tulisannya. Sangat menginspirasi. Kita memang sering kurang bersyukur. Padahal sudah banyak kenikmatan yang diberikan Tuhan kepada kita. Hantaman besar buat diri sendiri mbak. Agar lebih bersyukur atas karunia Allah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah mampir, iya kadang kita sering lupa diri dan enggan bersyukur justru lebih banyak mengeluh, padahal masih ada banyak orang yang menginginkan posisi spt kita ^^

      Delete