Ramadan dan Secarik Rindu yang Kubiarkan Berlalu


Ramadan 1440 H sudah tiba, umat muslim pun bersuka cita menyambutnya. Ada yang melakukan pawai, ada yang mengundang sanak saudara dan tetangga ke rumah untuk mencicipi makanan bersama, ada yang meningkatkan sedekahnya, dan lain sebagainya.

Banyak cara yang dilakukan umat muslim, tentu setiap kita merasakan bahagia yang luar biasa. Betapa tidak, di bulan ini pintu pengampunan dibuka selebar-lebarnya, pahala dilipat gandakan, dan masih ada banyak keistimewaan bulan Ramadan.

Ramadan tahun ini dan tahun sebelumnya amatlah berbeda bagiku. Dulu di tahun 2018 aku masih beralamat di area Universitas Bengkulu (UNIB). Sekarang beranjak sedikit di sekitaran Universitas Dehasen. Berpindah adalah hal yang lumrah, dan tentunya menghadirkan kisah yang berbeda pula.

Tahun lalu aku bersama seorang teman biasa berburu menu buka puasa di dekat UNIB, kali ini berbeda. Sekarang, disibukkan dengan aktivitas di kantor bersama rekan-rekan yang lain. Tadi saja contohnya, pulang pukul 5 sore dan membeli menu buka puasa seadanya.

Padahal sudah berencana untuk bereksperimen di dapur tapi mungkin saja satu dua hari ini belum bisa.

Berkaca dari Ramadan tahun lalu, aku merasa ibadahku masih sangatlah kurang. Untuk itu, di tahun ini aku ingin lebih baik lagi. Harus sering menyadarkan diri untuk tak terlalu sibuk dalam mengejar dunia.

Ramadan kali ini harus kuakui memang sedikit lebih sepi, mungkin karena lingkungan disini memang tidak bising (aku suka) atau karena ada sesuatu yang kurang menurut hati.

Bisa jadi opsi yang kedua itu benar adanya. Ramadan tahun lalu aku bisa meluangkan waktu untuk pulang ke kampung halaman. Tapi di tahun ini, puasa pertama kunikmati sendiri.

Rindu kampung halaman, sudah cukup lama tidak pulang. Beginilah resiko anak perantauan. Kita tidak bisa pulang sekehendak hati dan melakukan ini itu apalagi dengan adanya keterikatan pada pekerjaan.

Rindu ingin pulang tapi dengan segera perasaan ini harus dihilangkan. Barangkali bukan hanya aku, pasti ada banyak orang yang juga tak bisa mengalahkan jarak.

Semoga seminggu sebelum Idul Fitri nanti bisa mudik ke kampung halaman, aamiin :)
Bahu anak perantauan harus sekuat baja!!!

No comments