BKKBN mempelopori peringatan Hari Keluarga Nasional atau yang juga disebut Harganas. Dan pada tahun ini peringatan Harganas XXVI dipusatkan di Kalimantan Selatan.
Melansir laman resmi BKKBN, Harganas XXVI mengangkat tagline "Hari Keluarga, Hari Kita Semua". Hal ini tentu dalam rangka menghidupkan kembali kesadaran kolektif akan arti penting keluarga dalam tatanan kehidupan sosial. Dimana beberapa waktu belakangan ini terkesan terabaikan. Hal ini disadari karena keluarga merupakan pondasi dalam sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahkan semua hal dapat bersumber dan bermuara dari dan untuk keluarga. Jika keluarga-keluarga dalam sebuah negara kuat, maka dapat dipastikan negaranya kuat dan sebaliknya, jika keluarga-keluarga rapuh, maka akan menjadikan negara tersebut seperti benteng ruyung yang mudah dimakan api.
Di balik perayaan Hari Keluarga Nasional tersebut ada beberapa fakta yang menarik.
Berikut empat fakta sejarah lahirnya Hari Keluarga Nasional atau Harganas yang dilansir dari sejumlah sumber:
1. Keputusan Presiden
Hari Keluarga Nasional atau Harganas pertama kali diperingati pada tahun 1993 di Lampung.
Sedangkan keputusan Hari Keluarga Nasional atau Harganas menjadi hari penting jatuh pada tahun 2014.
Hal tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 39 Tahun 2014, yang menetapkan Hari Keluarga Nasional atau Harganas diperingati setiap tanggal 29 Juni.
Peringatan Hari Keluarga Nasional atau Harganas dimaksudkan untuk mengingatkan pada seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya keluarga sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara.
Keluarga akan selalu menghidupkan, memelihara dan memantapkan serta mengarahkan kekuatan tersebut sebagai perisai dalam menghadapi persoalan yang terjadi.
Keluarga sebagai soko guru bangsa, keluarga sebagai wadah utama dan pertama dalam membina anak-anak.
2. Sudah Ada Sejak Era Soeharto
Walaupun baru diresmikan di tahun 2014, tetapi peringatan Hari Keluarga Nasional atau Harganas sudah dilakukan sejak zaman Presiden Soeharto.
Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, bahwa pada 29 Juni 1993 telah diperingati Harganas di Lampung.
Upaya tersebut untuk mengingatkan masyarakat Indonesia mengenai arti pentingnya keluarga.
Dimulai dari sebuah keluarga, kita berperan dalam sebuah kemajuan dan persatuan bangsa.
3. Kembalinya Para Pejuang pada Keluarga
Indonesia memang sudah merdeka pada 17 Agustus 1945.
Namun saat itu, Belanda belum mau pergi begitu saja dari Indonesia, sehingga banyak pejuang yang masih harus berjuang.
Setelah Belanda menyerah, situasi dianggap kondusif pada tahun 1949.
Pada 24-29 Juni 1949, tentara Belanda secara bertahap ditarik ke luar dari Yogyakarta.
Kemudian pada tanggal 29 Juni 1949, Yogyakarta sudah bebas dari tentara Belanda.
Saat itulah para pejuang pulang dan kembali berkumpul bersama keluarganya.
Kala itu, Soeharto yang masih menjadi pemimpin tentara melaporkan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Laporan berisi tentang pemberitahuan bahwa seluruh pejuang telah kembali kepada keluarganya masing-masing.
Momentun inilah yang dijadikan sebagai tonggak lahirnya Hari Keluarga Nasional atau Harganas.
4. Dimulai Program KB
Program Keluarga Berencana (KB) dimulai pada tahun 1957.
Terbentuknya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) itu difokuskan pada penurunan angka kematian ibu hamil dan melahirkan.
Pelaksanaan KB menjadi gerakan nasional yang secara resmi dilakukan pada 29 Juni 1970, bersamaan dengan berdirinya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Peringatan Hari Keluarga Nasional membantu untuk setiap keluarga Indonesia mehami fungsi masing-masing anggota keluarga, memahami pola asuh agar anak tidak salah asuh dan peran secara sosial.
BKKBN menawarkan delapan fungsi keluarga untuk selalu dilaksanakan dalam setiap keluarga yaitu fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan serta sosialisasi dan fungsi lingkungan sebagai bentuk berfungsinya sebuah keluarga secara utuh. Di samping itu, peringatan Hari Keluarga tentu tidak hanya sekedar syiar atau promosi pentingnya keluarga saja, melainkan lebih jauh sebagai usaha berkelanjutan terhadap advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi kepada stake holders lokal sebagai pengambil kebijakan pada tatanan masyarakat luas untuk mendorong kesadaran kepada seluruh warga Negara Indonesia akan pentingnya peranan dan arti keluarga terhadap ketahanan berbangsa dan bernegara apalagi pada saat sekarang ini di era demokrasi dan disentralisasi.
Kesadaran memberikan imun agar keluarga-keluarga Indonesia tahan terhadap serangan penyakit keluarga, baik secara internal, seperti tidak berdaya guna dan disharmonis, maupun secara sosial, yaitu menjadi pelaku masalah sosial atau hanya menjadi objek dan konsumen. Namun sebaliknya, yaitu harapan untuk keluarga sebagai pilar dasar dan dapat berkontribusi nyata terhadap kemajuan bernegara, guna mewujudkan masyarakat adil, makur dan sejahtera.
Melansir laman resmi BKKBN, Harganas XXVI mengangkat tagline "Hari Keluarga, Hari Kita Semua". Hal ini tentu dalam rangka menghidupkan kembali kesadaran kolektif akan arti penting keluarga dalam tatanan kehidupan sosial. Dimana beberapa waktu belakangan ini terkesan terabaikan. Hal ini disadari karena keluarga merupakan pondasi dalam sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahkan semua hal dapat bersumber dan bermuara dari dan untuk keluarga. Jika keluarga-keluarga dalam sebuah negara kuat, maka dapat dipastikan negaranya kuat dan sebaliknya, jika keluarga-keluarga rapuh, maka akan menjadikan negara tersebut seperti benteng ruyung yang mudah dimakan api.
Di balik perayaan Hari Keluarga Nasional tersebut ada beberapa fakta yang menarik.
Berikut empat fakta sejarah lahirnya Hari Keluarga Nasional atau Harganas yang dilansir dari sejumlah sumber:
1. Keputusan Presiden
Hari Keluarga Nasional atau Harganas pertama kali diperingati pada tahun 1993 di Lampung.
Sedangkan keputusan Hari Keluarga Nasional atau Harganas menjadi hari penting jatuh pada tahun 2014.
Hal tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 39 Tahun 2014, yang menetapkan Hari Keluarga Nasional atau Harganas diperingati setiap tanggal 29 Juni.
Peringatan Hari Keluarga Nasional atau Harganas dimaksudkan untuk mengingatkan pada seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya keluarga sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara.
Keluarga akan selalu menghidupkan, memelihara dan memantapkan serta mengarahkan kekuatan tersebut sebagai perisai dalam menghadapi persoalan yang terjadi.
Keluarga sebagai soko guru bangsa, keluarga sebagai wadah utama dan pertama dalam membina anak-anak.
2. Sudah Ada Sejak Era Soeharto
Walaupun baru diresmikan di tahun 2014, tetapi peringatan Hari Keluarga Nasional atau Harganas sudah dilakukan sejak zaman Presiden Soeharto.
Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, bahwa pada 29 Juni 1993 telah diperingati Harganas di Lampung.
Upaya tersebut untuk mengingatkan masyarakat Indonesia mengenai arti pentingnya keluarga.
Dimulai dari sebuah keluarga, kita berperan dalam sebuah kemajuan dan persatuan bangsa.
3. Kembalinya Para Pejuang pada Keluarga
Indonesia memang sudah merdeka pada 17 Agustus 1945.
Namun saat itu, Belanda belum mau pergi begitu saja dari Indonesia, sehingga banyak pejuang yang masih harus berjuang.
Setelah Belanda menyerah, situasi dianggap kondusif pada tahun 1949.
Pada 24-29 Juni 1949, tentara Belanda secara bertahap ditarik ke luar dari Yogyakarta.
Kemudian pada tanggal 29 Juni 1949, Yogyakarta sudah bebas dari tentara Belanda.
Saat itulah para pejuang pulang dan kembali berkumpul bersama keluarganya.
Kala itu, Soeharto yang masih menjadi pemimpin tentara melaporkan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Laporan berisi tentang pemberitahuan bahwa seluruh pejuang telah kembali kepada keluarganya masing-masing.
Momentun inilah yang dijadikan sebagai tonggak lahirnya Hari Keluarga Nasional atau Harganas.
4. Dimulai Program KB
Program Keluarga Berencana (KB) dimulai pada tahun 1957.
Terbentuknya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) itu difokuskan pada penurunan angka kematian ibu hamil dan melahirkan.
Pelaksanaan KB menjadi gerakan nasional yang secara resmi dilakukan pada 29 Juni 1970, bersamaan dengan berdirinya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Peringatan Hari Keluarga Nasional membantu untuk setiap keluarga Indonesia mehami fungsi masing-masing anggota keluarga, memahami pola asuh agar anak tidak salah asuh dan peran secara sosial.
BKKBN menawarkan delapan fungsi keluarga untuk selalu dilaksanakan dalam setiap keluarga yaitu fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan serta sosialisasi dan fungsi lingkungan sebagai bentuk berfungsinya sebuah keluarga secara utuh. Di samping itu, peringatan Hari Keluarga tentu tidak hanya sekedar syiar atau promosi pentingnya keluarga saja, melainkan lebih jauh sebagai usaha berkelanjutan terhadap advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi kepada stake holders lokal sebagai pengambil kebijakan pada tatanan masyarakat luas untuk mendorong kesadaran kepada seluruh warga Negara Indonesia akan pentingnya peranan dan arti keluarga terhadap ketahanan berbangsa dan bernegara apalagi pada saat sekarang ini di era demokrasi dan disentralisasi.
Kesadaran memberikan imun agar keluarga-keluarga Indonesia tahan terhadap serangan penyakit keluarga, baik secara internal, seperti tidak berdaya guna dan disharmonis, maupun secara sosial, yaitu menjadi pelaku masalah sosial atau hanya menjadi objek dan konsumen. Namun sebaliknya, yaitu harapan untuk keluarga sebagai pilar dasar dan dapat berkontribusi nyata terhadap kemajuan bernegara, guna mewujudkan masyarakat adil, makur dan sejahtera.
Program KB ditolak 1 gubernur lo mba
ReplyDelete