![]() |
sayur genjer yang pernah kubeli dari seorang nenek yang baru saja pulang dari sawahnya |
Hai teman...
Adakah yang pernah melihat sayur genjer? Atau apakah ada yang pernah mencicipinya bahkan suka sayur genjer?
Aku pernah beberapa kali mencicipinya, tapi tidak terlalu suka karena rasanya sedikit pahit.
Biasanya, sayur genjer ini tumbuh di daerah persawahan atau rawa. Batangnya lembut dan berongga mirip gabus/busa menurutku. Sayuran satu ini di daerahku biasa direbus atau dibikin campuran lotek dan gado-gado.
Nah, kalau sudah dicampur seperti itu aku biasanya suka. Suka telan aja. *hehee*
Teman-teman tahu gak sih kalau genjer atau yang memiliki nama latin Limnocharis flava, sejak dulu telah menjadi sayur primadona ‘wong cilik’ terlebih di zaman penjajahan Jepang.
Wah, kenapa bisa begitu?
Sayur genjer menjadi inspirasi Muhammad Arief untuk menciptakan lagu berjudul ‘Gendjer-gendjer’.
Lagu yang terkenal pada masa Orde Lama ini kemudian identik dengan citra PKI.
Pada zaman Orde Baru, lagu ini menjadi lagu "terlarang".
Kenapa bisa begitu?
Baiklah, di Hari Kesaktian Pancasila ini akan sedikit kurangkum mengenai lagu ini seperti yang sudah kubaca dari laman genpi.co, berikut penjelasannya.
1. Dibuat Oleh Seniman Lekra
Lagu Gendjer-gendjer dibuat oleh seniman Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat). Kesenian yang lahir dari organisasi tersebut memang kebanyakan untuk mengkritisi pemerintah. Oleh karena itu, lagu yang diciptakan Muhammad Arief menjadi identik dengan PKI. Sejak awal lagu ini digemari oleh kalangan komunis, sehingga liriknya dikembangkan. Padahal arti lagu sebenarnya adalah terinspirasi akibat penjajahan Jepang.
2. Dinyanyikan Saat Penculikan Jenderal
Salah satu yang menjadi identik lagu ini dengan PKI adalah andil Pemerintahan Orde Baru. Para anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan Pemuda Rakyat ini adalah organisasi dibawah naungan PKI yang menyanyikan lagu tersebut saat jenderan diculik, diinterogasi hingga disiksa. Oleh karena itu, semakin diperjelas bahwa lagu ini ada kaitannya dengan PKI. Seperti yang digambarkan pada film karya Arifin C. Noer "Penghianatan G30S/PKI".
3. Arasemen Ulang
Lagu yang semula Gendjer-gendjer (tanaman yang hidup di rawa) diganti oleh PKI dengan Jenderal-jenderal, itu membuat lagu tersebut kuat kaitannya dengan PKI. Saat peristiwa G30S/PKI, aksi mahasiswa juga memplesetkan lagu ini menjadi Jenderal-jenderal sehingga beda dengan makna lagu aslinya. Oleh karena itu, lagu Gendjer-gendjer dicekal dan tidak boleh dinyanyikan dimana pun saat Orde Baru.
4. Kepentingan Politik Orde Baru
Dilansir dari medianeliti.com, Gendjer-gendjer menjadi kode-kode jawaban dan apabila kemenangan ada di pihak lawan, maka lagu itu dipaksa mati suri. Di titik inilah muncul ambivalensi makna akibat kontestasi nilai-nilai dalam memandang kebudayaan nasional. Jadi, pelarangan Gendjer- Gendjer bukan disebabkan nilai artistik lagu itu, tetapi lebih pada hubungan lagu itu dengan ideologi dan struktur sosial masyarakat yang luas.
Secara disengaja, Gendjer-Gendjer adalah gejala penyimpangan makna yang diproyeksikan untuk tujuan-tujuan politik dan ekonomi. Nasib lagu itu lebih banyak ditentukan oleh pertarungan dominasi hegemoni politik antara Orde Lama dan Orde Baru. Bukan lagi pada fitrahnya sebagai lagu rakyat yang seyogyanya diletakkan di aras terhormat kultural.
Gendjer-Gendjer telah diperkosa dan dinodai oleh kepentingan elite untuk menggalang opini-opini publik, dengan kontrol media massa seperti pers, radio, dan televisi.
Pada saat itu, media massa dijadikan kendaraan politik elite untuk mendistorsi realitas sosial. Gendjer-Gendjer diartikulasikan kembali ke dalam mindset masing-masing aktor, dengan cara membengkokkan sejarah dan memutar-balikkan fakta-fakta. Kesadaran masyarakat dipermainkan oleh fobia artifisial yang sengaja dibentuk untuk memenangkan pertarungan.
Namun sebenarnya, sejarah lagu ini berawal dari keprihatinan yang sedang dialami masyarakat Indonesia saat penjajahan Jepang. Genjer sendiri bermaksud sebagai nama tanaman yang memaksa masyarakat menyantap Genjer sebagai sayur.
Adakah yang pernah melihat sayur genjer? Atau apakah ada yang pernah mencicipinya bahkan suka sayur genjer?
Aku pernah beberapa kali mencicipinya, tapi tidak terlalu suka karena rasanya sedikit pahit.
Biasanya, sayur genjer ini tumbuh di daerah persawahan atau rawa. Batangnya lembut dan berongga mirip gabus/busa menurutku. Sayuran satu ini di daerahku biasa direbus atau dibikin campuran lotek dan gado-gado.
Nah, kalau sudah dicampur seperti itu aku biasanya suka. Suka telan aja. *hehee*
Teman-teman tahu gak sih kalau genjer atau yang memiliki nama latin Limnocharis flava, sejak dulu telah menjadi sayur primadona ‘wong cilik’ terlebih di zaman penjajahan Jepang.
Wah, kenapa bisa begitu?
Sayur genjer menjadi inspirasi Muhammad Arief untuk menciptakan lagu berjudul ‘Gendjer-gendjer’.
Lagu yang terkenal pada masa Orde Lama ini kemudian identik dengan citra PKI.
Pada zaman Orde Baru, lagu ini menjadi lagu "terlarang".
Kenapa bisa begitu?
Baiklah, di Hari Kesaktian Pancasila ini akan sedikit kurangkum mengenai lagu ini seperti yang sudah kubaca dari laman genpi.co, berikut penjelasannya.
1. Dibuat Oleh Seniman Lekra
Lagu Gendjer-gendjer dibuat oleh seniman Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat). Kesenian yang lahir dari organisasi tersebut memang kebanyakan untuk mengkritisi pemerintah. Oleh karena itu, lagu yang diciptakan Muhammad Arief menjadi identik dengan PKI. Sejak awal lagu ini digemari oleh kalangan komunis, sehingga liriknya dikembangkan. Padahal arti lagu sebenarnya adalah terinspirasi akibat penjajahan Jepang.
2. Dinyanyikan Saat Penculikan Jenderal
Salah satu yang menjadi identik lagu ini dengan PKI adalah andil Pemerintahan Orde Baru. Para anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan Pemuda Rakyat ini adalah organisasi dibawah naungan PKI yang menyanyikan lagu tersebut saat jenderan diculik, diinterogasi hingga disiksa. Oleh karena itu, semakin diperjelas bahwa lagu ini ada kaitannya dengan PKI. Seperti yang digambarkan pada film karya Arifin C. Noer "Penghianatan G30S/PKI".
3. Arasemen Ulang
Lagu yang semula Gendjer-gendjer (tanaman yang hidup di rawa) diganti oleh PKI dengan Jenderal-jenderal, itu membuat lagu tersebut kuat kaitannya dengan PKI. Saat peristiwa G30S/PKI, aksi mahasiswa juga memplesetkan lagu ini menjadi Jenderal-jenderal sehingga beda dengan makna lagu aslinya. Oleh karena itu, lagu Gendjer-gendjer dicekal dan tidak boleh dinyanyikan dimana pun saat Orde Baru.
4. Kepentingan Politik Orde Baru
Dilansir dari medianeliti.com, Gendjer-gendjer menjadi kode-kode jawaban dan apabila kemenangan ada di pihak lawan, maka lagu itu dipaksa mati suri. Di titik inilah muncul ambivalensi makna akibat kontestasi nilai-nilai dalam memandang kebudayaan nasional. Jadi, pelarangan Gendjer- Gendjer bukan disebabkan nilai artistik lagu itu, tetapi lebih pada hubungan lagu itu dengan ideologi dan struktur sosial masyarakat yang luas.
Secara disengaja, Gendjer-Gendjer adalah gejala penyimpangan makna yang diproyeksikan untuk tujuan-tujuan politik dan ekonomi. Nasib lagu itu lebih banyak ditentukan oleh pertarungan dominasi hegemoni politik antara Orde Lama dan Orde Baru. Bukan lagi pada fitrahnya sebagai lagu rakyat yang seyogyanya diletakkan di aras terhormat kultural.
Gendjer-Gendjer telah diperkosa dan dinodai oleh kepentingan elite untuk menggalang opini-opini publik, dengan kontrol media massa seperti pers, radio, dan televisi.
Pada saat itu, media massa dijadikan kendaraan politik elite untuk mendistorsi realitas sosial. Gendjer-Gendjer diartikulasikan kembali ke dalam mindset masing-masing aktor, dengan cara membengkokkan sejarah dan memutar-balikkan fakta-fakta. Kesadaran masyarakat dipermainkan oleh fobia artifisial yang sengaja dibentuk untuk memenangkan pertarungan.
Namun sebenarnya, sejarah lagu ini berawal dari keprihatinan yang sedang dialami masyarakat Indonesia saat penjajahan Jepang. Genjer sendiri bermaksud sebagai nama tanaman yang memaksa masyarakat menyantap Genjer sebagai sayur.
![]() |
sumber gambar: satuharapan.com |
Nah, kembali ke topik tentang sayur genjer. Orang kota mungkin ada yang masih asing mendengar sayur genjer.
Tak heran, karena sayur ini biasa tumbuh di pinggir-pinggir persawahan.
Meski terkenal pahit, banyak orang menyukai sayur genjer karena rasanya yang kenyal-kenyal dan terasa nikmat apabila dipadupadankan dengan bumbu.
Menurut Fadly Rahman, pakar kuliner, sayur genjer biasa tumbuh liar di sekitar perairan dan persawahan.
Ia juga mengatakan sejak dulu sayur ini biasa dikonsumsi oleh rakyat di pedesaan Jawa dan Sumatera untuk menu makan sehari-hari.
“Pada masa-masa sulit sekitar tahun 1930-an pernah dianggap sebagai menu penyelamat ketika krisis pangan,” kata Fadly dilansir dari Kompas.com.
Lanjut Fadly, umumnya orang-orang Sunda yang suka sekali sayur genjer. Mereka biasa menjadikan genjer sebagai jenis lalap.
“Genjer jadi lalapan orang Sunda, biasa lalap yang direbus atau ditumis lalu dinikmati dengan nasi, ikan air tawar atau ikan asin lalu dicocol dengan sambel,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Heri Priyatmoko, seorang sejarawan yang juga akademisi Jurusan Sejarah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sejak dulu sayur genjer telah menjadi makanan keseharian masyarakat akar rumput (masyarakat kelas bawah).
“Wong cilik terbiasa mengolah bahan yang ada di sekitarnya, termasuk genjer atau paku rawan (Limnocharis flava). Sayuran ini cukup akrab dalam ekologi persawahan,” kata Heri saat dilansir dari Kompas.com.
Ia menyebut bahwa zaman dahulu, petani desa yang mengandalkan persawahan atau hidup di alam agraris terbiasa memanfaatkan tumbuhan yang dipetik di lingkungan sekitarnya, tanpa harus belanja.
Tak heran, karena sayur ini biasa tumbuh di pinggir-pinggir persawahan.
Meski terkenal pahit, banyak orang menyukai sayur genjer karena rasanya yang kenyal-kenyal dan terasa nikmat apabila dipadupadankan dengan bumbu.
Menurut Fadly Rahman, pakar kuliner, sayur genjer biasa tumbuh liar di sekitar perairan dan persawahan.
Ia juga mengatakan sejak dulu sayur ini biasa dikonsumsi oleh rakyat di pedesaan Jawa dan Sumatera untuk menu makan sehari-hari.
“Pada masa-masa sulit sekitar tahun 1930-an pernah dianggap sebagai menu penyelamat ketika krisis pangan,” kata Fadly dilansir dari Kompas.com.
Lanjut Fadly, umumnya orang-orang Sunda yang suka sekali sayur genjer. Mereka biasa menjadikan genjer sebagai jenis lalap.
“Genjer jadi lalapan orang Sunda, biasa lalap yang direbus atau ditumis lalu dinikmati dengan nasi, ikan air tawar atau ikan asin lalu dicocol dengan sambel,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Heri Priyatmoko, seorang sejarawan yang juga akademisi Jurusan Sejarah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sejak dulu sayur genjer telah menjadi makanan keseharian masyarakat akar rumput (masyarakat kelas bawah).
“Wong cilik terbiasa mengolah bahan yang ada di sekitarnya, termasuk genjer atau paku rawan (Limnocharis flava). Sayuran ini cukup akrab dalam ekologi persawahan,” kata Heri saat dilansir dari Kompas.com.
Ia menyebut bahwa zaman dahulu, petani desa yang mengandalkan persawahan atau hidup di alam agraris terbiasa memanfaatkan tumbuhan yang dipetik di lingkungan sekitarnya, tanpa harus belanja.
![]() |
sumber gambar: travel.kompas.com |
Melansir Jakarta.litbang.pertanian.go.id, ada beberapa manfaat yang kita dapatkan jika mengkonsumsi genjer antara lain sebagai berikut:
- Meremajakan sel-sel tubuh. Kandungan protein dalam tanaman genjer berperan dalammembantu memproduksi sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel yang sudah tidak berfungsi lagi di dalam tubuh.
- Cadangan energi dalam tubuh. Fungsi karbohidrat dan lemak dalam kehidupan kita untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Karbohidrat dan lemak merupakan asupan yang dibutuhkan tubuh untuk mendapatkan energi selain protein.
- Memperkuat tulang. Jika pada anak-anak kalsium berfungsi untuk pembentukan tulang, akan tetapi kalsium untuk orang dewasa berfungsi untuk memperkuat tulang dan mengurangi resiko terkena osteoporosis, serta menghilangkan rasa ngilu pada persendian.
- Mencegah kanker colon dan mencegah sembelit. Kanker colon terjadi akibat polamakan yang tidak benar. Genjer mengandung serat yang cukup tinggi sehingga berfungsi dalam melancarkan pencernaan (mencegah sembelit).
- Mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker. Kandungan polifenol dalam genjer dapat berperan sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah penyakit jantung dan kanker.
- Sedangkan kandungan mineral pada genjer sangat penting untuk berfungsinya tubuh kita. Sebagian besar mineral berguna bagi metabolisme tubuh, keseimbangan kadar air, dan kesehatan tulang. Mineral juga berperan ke dalam ratusan fungsi kecil lainnya untuk mendukung kesehatan tubuh.
- Meremajakan sel-sel tubuh. Kandungan protein dalam tanaman genjer berperan dalammembantu memproduksi sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel yang sudah tidak berfungsi lagi di dalam tubuh.
- Cadangan energi dalam tubuh. Fungsi karbohidrat dan lemak dalam kehidupan kita untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Karbohidrat dan lemak merupakan asupan yang dibutuhkan tubuh untuk mendapatkan energi selain protein.
- Memperkuat tulang. Jika pada anak-anak kalsium berfungsi untuk pembentukan tulang, akan tetapi kalsium untuk orang dewasa berfungsi untuk memperkuat tulang dan mengurangi resiko terkena osteoporosis, serta menghilangkan rasa ngilu pada persendian.
- Mencegah kanker colon dan mencegah sembelit. Kanker colon terjadi akibat polamakan yang tidak benar. Genjer mengandung serat yang cukup tinggi sehingga berfungsi dalam melancarkan pencernaan (mencegah sembelit).
- Mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker. Kandungan polifenol dalam genjer dapat berperan sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah penyakit jantung dan kanker.
- Sedangkan kandungan mineral pada genjer sangat penting untuk berfungsinya tubuh kita. Sebagian besar mineral berguna bagi metabolisme tubuh, keseimbangan kadar air, dan kesehatan tulang. Mineral juga berperan ke dalam ratusan fungsi kecil lainnya untuk mendukung kesehatan tubuh.
Well teman-teman, bagaimana menurutmu tentang sayur ini? Kalian suka nggak? Atau ada kreasi resepnya selain jadi lalapan atau rebusan? Yuk, beri komentar di bawah. :)
wah sayur aja sampe kesangkut pki.
ReplyDeleteHehee... Iyaa tuh...
Delete