![]() |
Menyederhanakan Cita-cita |
Hai teman...
Di malam minggu dan hujan seperti sekarang, apa yang sedang kalian kerjakan?
Aku baru saja selesai merebus mi instan yang iklannya Siwon Oppa (lagi rindu banget sama mi), tapi tulisan ini tidak disponsori mereka apalagi Siwon Oppa yaa.
Sambil berbaring di tengah tumpukan buku yang belum dibaca, dengan mata yang memandang layar laptop dan jari yang teratur menekan keyboard, aku sesekali menyantap mi.
Tadi, selepas maghrib ingatanku melayang ke beberapa tahun silam ketika aku -pernah- menjadi manusia yang sangat membara (baca: penuh semangat, semangat berapi-api).
Ini tentang cita-cita, belasan tahun lalu saat aku masih di Sekolah Dasar, aku pernah membaca koran yang ada biodata penulisnya gitu (aku lupa biodata siapa, cuma ingat cita-citanya), dan cita-cita yang tertulis di biodata wanita tersebut adalah: menjadi wanita solehah.
Cita-citanya sangat mendegup jantung di dada, aku pun tergugah lantas membenarkan dan aku berujar pada diriku sendiri saat itu, "Aku juga! Ini juga cita-citaku, aku mau menjadi wanita solehah."
Kalau tidak salah, saat itu aku kelas 4 atau 5 SD. Aku sudah sangat mantap dan yakin dengan cita-cita itu.
Dan saat menginjak kelas 6 SD ternyata berubah lagi, cita-citaku ingin menjadi Polwan.
Kemudian saat menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP), ternyata cita-citaku berubah lagi; aku ingin jadi penulis hebat yang mendunia. Aku pun mulai menulis cerita-cerita pendek dan puisi-puisi. Lebih dari itu, di masa ini aku benar-benar menjadi penghuni harian perpustakaan sekolah.
Masa-masa itu sepertinya memang belum teguh pendirian, hingga menginjak SMA untuk yang ke sekian kalinya, cita-citaku berubah lagi. Dan aku ingin menjadi: writer, entrepreneur, and teacher.
Pokoknya ketika mengisi kolom cita-cita dalam biodata, aku menuliskan tiga profesi itu. Kalau diingat sih lucu juga, bahkan cita-cita ini berlanjut saat aku menjadi mahasiswi.
Tetapi di pertengahan masa kuliah, dengan tidak mengubah tiga profesi tadi sebagai cita-cita, aku menambahkan ingin S2 ke luar negeri lalu menjadi dosen. Aku semakin giat belajar dan semakin aktif ikut terlibat di banyak organisasi kampus.
Seiring berjalannya waktu, dan menemui banyak hal termasuk halangan dan rintangan yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat, aku masih berpikir keras mengenai cita-cita dan ingin jadi apa aku di masa depan?
Oh dear, aku sudah tamat kuliah tapi masih sebimbang ini. Akhirnya hanya mengikuti arus.
Dipikir-pikir lagi, aku memang tidak menempuh S2 di luar negeri tetapi alhamdulillah aku sudah pernah ke beberapa negara -boleh dikatakan tiga negara- dengan tujuan belajar walau pulangnya tanpa gelar tapi aku sungguh banyak belajar.
Lalu, aku belumlah hebat mendunia seperti cita-citaku dulu tapi aku tetap menulis. Ya, karena aku suka menulis. Lebih fasih ditulis daripada dibicarakan bahkan termasuk urusan perasaan.
Dan, aku benar-benar merenungkan banyak hal belakangan ini. Ternyata cita-citaku kembali seperti semula; aku ingin menjadi wanita solehah.
Kali ini rasanya aku sudah bertambah sedikit lebih dewasa. Dulu semasa SD, solehah di sini aku maksudkan orang yang di dunia bahagia dan matinya masuk surga.
Tidak salah. Tapi, setelah aku memahami lebih dalam lagi, sebenarnya arti 'solehah' itu sendiri amatlah luas. Maksudku harus solehah dalam hal apa saja yang tercakup dalam mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Lucu memang, aku dengan usia 24 dan aku yang saat itu kelas 4 punya cita-cita yang sama setelah melewati banyak hal. Jelaslah ini sederhana yang bermakna.
Aku benar-benar ingin berterima kasih pada diriku yang dulu. Sudah tumbuh menjadi Eva yang penuh semangat dan penuh rasa ingin tahu, terima kasih.
Aku juga ingin berterima kasih pada teman-teman tempatku berbagi banyak cerita dan cita-cita, insya Allah selalu kudoakan kebaikan untuk kalian.
Hingga detik ini, bahkan untuk mewujudkan cita-cita menjadi wanita solehah menurutku tidaklah mudah. Sebab istiqomah amat sangat sulit.
Bahwa godaan demi godaan setan yang merasuki harus selalu ditepis. Tidak hanya itu, sebagai seorang wanita yang ingin menjadi solehah, aku juga harus baik pada sesama ciptaan-Nya kecuali sebangsa iblis yang menjerumuskan ke neraka.
Dan aku benar-benar harus lebih baik lagi dalam beribadah dan melakukan kebaikan. Karena aku mencintai Pencipta alam semesta ini, Dzat Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan, sudah sewajarnya aku ingin jadi lebih baik untuk Dzat yang aku cintai.
Lantas aku rasa, menikmati sebuah proses mulai tumbuh dalam diriku. Akan tetapi, tetap saja masih sangat banyak kurangnya. Bahkan aku sangat kurang dari kurang itu sendiri.
Masih harus banyak belajar dan memantaskan diri menjadi hamba-Nya yang solehah.
Semoga aku, kamu, dan kita semua diberi kemudahan oleh-Nya dalam menggapai cita-cita. Semoga kelak kita dapat pulang ke pangkuan-Nya dalam keadaan terbaik husnul khatimah. Aamiin.
Di malam minggu dan hujan seperti sekarang, apa yang sedang kalian kerjakan?
Aku baru saja selesai merebus mi instan yang iklannya Siwon Oppa (lagi rindu banget sama mi), tapi tulisan ini tidak disponsori mereka apalagi Siwon Oppa yaa.
Sambil berbaring di tengah tumpukan buku yang belum dibaca, dengan mata yang memandang layar laptop dan jari yang teratur menekan keyboard, aku sesekali menyantap mi.
Tadi, selepas maghrib ingatanku melayang ke beberapa tahun silam ketika aku -pernah- menjadi manusia yang sangat membara (baca: penuh semangat, semangat berapi-api).
Ini tentang cita-cita, belasan tahun lalu saat aku masih di Sekolah Dasar, aku pernah membaca koran yang ada biodata penulisnya gitu (aku lupa biodata siapa, cuma ingat cita-citanya), dan cita-cita yang tertulis di biodata wanita tersebut adalah: menjadi wanita solehah.
Cita-citanya sangat mendegup jantung di dada, aku pun tergugah lantas membenarkan dan aku berujar pada diriku sendiri saat itu, "Aku juga! Ini juga cita-citaku, aku mau menjadi wanita solehah."
Kalau tidak salah, saat itu aku kelas 4 atau 5 SD. Aku sudah sangat mantap dan yakin dengan cita-cita itu.
Dan saat menginjak kelas 6 SD ternyata berubah lagi, cita-citaku ingin menjadi Polwan.
Kemudian saat menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP), ternyata cita-citaku berubah lagi; aku ingin jadi penulis hebat yang mendunia. Aku pun mulai menulis cerita-cerita pendek dan puisi-puisi. Lebih dari itu, di masa ini aku benar-benar menjadi penghuni harian perpustakaan sekolah.
Masa-masa itu sepertinya memang belum teguh pendirian, hingga menginjak SMA untuk yang ke sekian kalinya, cita-citaku berubah lagi. Dan aku ingin menjadi: writer, entrepreneur, and teacher.
Pokoknya ketika mengisi kolom cita-cita dalam biodata, aku menuliskan tiga profesi itu. Kalau diingat sih lucu juga, bahkan cita-cita ini berlanjut saat aku menjadi mahasiswi.
Tetapi di pertengahan masa kuliah, dengan tidak mengubah tiga profesi tadi sebagai cita-cita, aku menambahkan ingin S2 ke luar negeri lalu menjadi dosen. Aku semakin giat belajar dan semakin aktif ikut terlibat di banyak organisasi kampus.
Seiring berjalannya waktu, dan menemui banyak hal termasuk halangan dan rintangan yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat, aku masih berpikir keras mengenai cita-cita dan ingin jadi apa aku di masa depan?
Oh dear, aku sudah tamat kuliah tapi masih sebimbang ini. Akhirnya hanya mengikuti arus.
Dipikir-pikir lagi, aku memang tidak menempuh S2 di luar negeri tetapi alhamdulillah aku sudah pernah ke beberapa negara -boleh dikatakan tiga negara- dengan tujuan belajar walau pulangnya tanpa gelar tapi aku sungguh banyak belajar.
Lalu, aku belumlah hebat mendunia seperti cita-citaku dulu tapi aku tetap menulis. Ya, karena aku suka menulis. Lebih fasih ditulis daripada dibicarakan bahkan termasuk urusan perasaan.
Dan, aku benar-benar merenungkan banyak hal belakangan ini. Ternyata cita-citaku kembali seperti semula; aku ingin menjadi wanita solehah.
Kali ini rasanya aku sudah bertambah sedikit lebih dewasa. Dulu semasa SD, solehah di sini aku maksudkan orang yang di dunia bahagia dan matinya masuk surga.
Tidak salah. Tapi, setelah aku memahami lebih dalam lagi, sebenarnya arti 'solehah' itu sendiri amatlah luas. Maksudku harus solehah dalam hal apa saja yang tercakup dalam mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Lucu memang, aku dengan usia 24 dan aku yang saat itu kelas 4 punya cita-cita yang sama setelah melewati banyak hal. Jelaslah ini sederhana yang bermakna.
Aku benar-benar ingin berterima kasih pada diriku yang dulu. Sudah tumbuh menjadi Eva yang penuh semangat dan penuh rasa ingin tahu, terima kasih.
Aku juga ingin berterima kasih pada teman-teman tempatku berbagi banyak cerita dan cita-cita, insya Allah selalu kudoakan kebaikan untuk kalian.
Hingga detik ini, bahkan untuk mewujudkan cita-cita menjadi wanita solehah menurutku tidaklah mudah. Sebab istiqomah amat sangat sulit.
Bahwa godaan demi godaan setan yang merasuki harus selalu ditepis. Tidak hanya itu, sebagai seorang wanita yang ingin menjadi solehah, aku juga harus baik pada sesama ciptaan-Nya kecuali sebangsa iblis yang menjerumuskan ke neraka.
Dan aku benar-benar harus lebih baik lagi dalam beribadah dan melakukan kebaikan. Karena aku mencintai Pencipta alam semesta ini, Dzat Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan, sudah sewajarnya aku ingin jadi lebih baik untuk Dzat yang aku cintai.
Lantas aku rasa, menikmati sebuah proses mulai tumbuh dalam diriku. Akan tetapi, tetap saja masih sangat banyak kurangnya. Bahkan aku sangat kurang dari kurang itu sendiri.
Masih harus banyak belajar dan memantaskan diri menjadi hamba-Nya yang solehah.
Semoga aku, kamu, dan kita semua diberi kemudahan oleh-Nya dalam menggapai cita-cita. Semoga kelak kita dapat pulang ke pangkuan-Nya dalam keadaan terbaik husnul khatimah. Aamiin.
"Mari terus saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran :)"
*Alhamdulillah, terima kasih atas segala yang telah Engkau berikan Wahai Tuhan Semesta Alam*
No comments