Yuk, Ketahui Sejarah Eksplorasi Fauna Enggano!

Halcyon chloris/cekakak sungai, sumber gambar: birdfans.com

Hai teman, apa kabarnya? Semoga tetap sehat selalu yaa meski kita masih dalam kondisi #dirumahaja karena pandemi covid-19. Semoga wabah corona ini cepat berlalu supaya kita bisa beraktivitas lagi di luar rumah seperti sekolah, bekerja, silaturahmi ke tempat keluarga atau sanak saudara, dan lain sebagainya.

Berbicara tentang aktivitas di luar rumah, selama ini udah ke mana aja nih? Teman-teman pernah traveling ke mana? Kalau mau ke Provinsi Bengkulu bisa mencoba melihat keindahan laut di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara.

Sayangnya untuk menuju ke Pulau Enggano tidak bisa setiap hari, untuk menuju ke sana menggunakan kapal dari Pulau Baai memakan waktu sekira 12 jam perjalanan. Sementara kalau menggunakan pesawat sekira 45 menit perjalanan dari Bandara Fatmawati. Keberangkatan pesawat setiap hari Senin.

Nah, untuk teman-teman ketahui ada banyak keindahan di Enggano. Selain budaya masyarakatnya yang menarik dan keindahan pemandangan lautnya, di sini juga bisa snorkeling dan diving.

Saya sendiri belum pernah ke Enggano, dua kali berencana ke sini; pertama pilih jalur kapal, sayangnya cuaca tidak mendukung. Kemudian pilih jalur pesawat, saat itu pesawat yang biasa ke sana sedang tidak melakukan penerbangan lagi ke Enggano. Alhasil dana untuk ke Enggano teralihkan deh, semoga saja di lain waktu bisa ke sana.

Memang keberangkatan ke sana batal, tapi saya membaca banyak buku tentang Enggano. Salah satu buku yang saya baca adalah yang berjudul Ekspedisi Pulau Enggano terbitan LIPI Press. Salah satu hal menarik di dalam buku tersebut yakni tentang Sejarah Eksplorasi Fauna Enggano, satu di antara fauna tersebut ada Halcyon Chloris (Boddaert, 1783) atau yang mungkin dikenal dengan burung Cekakak sungai.

Kondisi geografi dan geologi Pulau Enggano sendiri terpisah dari Pulau Sumatra. Menurut Maryanto dan Higashi (2011) biografi tikus dan kelelawar mengindikasikan Pulau Enggano terpisah dengan pulau lain. Oleh karena itu, sejak zaman dahulu, Pulau Enggano memiliki daya tarik bagi para netralis untuk datang dan melakukan eksplorasi flora dan fauna.

Eksplorasi yang mencakup kelompok fauna di Pulau Enggano pertama kali dilakukan oleh seorang penjelajah dari Jerman, von Rosenberg pada tahun 1854. Dia melaporkan keberadaan berbagai jenis burung, buaya air asin/muara, musang luwak serta reptil.

Babi, anjing, dan kucing dilaporkan sebagai hewan yang umum dipelihara masyarakat asli Enggano. von Rosenberg mencatat tidak ada kijang atau kancil di Pulau Enggano.

Nah sekira 37 tahun kemudian, lebih tepatnya pada 25 April hingga 13 Juli 1891, seorang penjelajah Italia Dr. Elio Modigliani berkunjung ke Enggano dan mengoleksi fauna pulau ini.

Spesimen fauna yang dikoleksi kemudian disimpan di Museum Sejarah Alam Genoa (Museo Civico di Genova), Italia dan diteliti oleh beberapa peneliti selanjutnya dipublikasikan, antara lain oleh Thomas (1894) yang melaporkan sebanyak 12 jenis mamalia, Salvadori (1892) mendeskripsikan beberapa jenis burung endemik, dan Vinciguerra (1892) melaporkan sebanyak 16 jenis herpetofauna.



Selain itu, ada Nobili (1900) yang mencatat sebanyak 15 jenis krustasea yang telah dikoleksi oleh Dr. Elio Modigliani dari Pulau Enggano, dan di antaranya ada satu jenis baru yakni Caridina modigliani, Nobili (1900) dan Thomas (1894) melaporkan sebanyak 12 jenis mamalia.

Peneliti dari Amerika juga tidak ketinggalan untuk melakukan eksplorasi fauna di Pulau Enggano. Dr. W. L. Abbot pada November-Desember 1904. Dia meneliti sebanyak 70 individu mamalia, yang kemudian dipublikasikan oleh Miller (1906).

Pada zaman kolonial Belanda, tepatnya 21 Mei hingga 12 Juli 1936, seorang herpetologis Dr. J. K. de Jong, yang ditemani oleh dua orang mantra melakukan perjalanan koleksi ke Enggano. Hasil koleksi perjalanan disimpan di Buitenzorg Museum (Museum Zoologicum Bogoriense).

Publikasi dari hasil koleksi tersebut antara lain, Kopstein (1940) tentang ular, Sody (1937) melaporkan jenis-jenis mamalia, Junge (1938) tentang jenis-jenis burung di Pulau Enggano, Lieftinck (1948) melaporkan jenis-jenis capung, dan Bethem-Jutting (1959) tentang moluska darat/air tawar di Pulau Enggano.

Ada pula publikasi yang melaporkan keberadaan di Pulau Enggano, tapi tidak diketahui informasi eksplorasi yang dilakukan sebelumnya, antara lain ada Perugia (1893) melaporkan dua jenis ikan yaitu Gobius modigliani dan Eleotris squamifrons yang saat ini nama validnya adalah jenis Acentrogobius janthinopterus dan Butis amboinensis.

Selama ini hanya ada dua jenis ikan air tawar yang dideskripsikan. Hal ini membuktikan bahwa sebagai salah satu pulai terluar di wilayah Indonesia yang belum terungkap keanekaragaman iktiofaunanya. Publikasi lainnya ditulis oleh Pagenstecher (1909) yang melaporkan bahwa kekayaan jenis kupu-kupu di Enggano sangat rendah.

Pendataan awal potensi flora fauna di Pulau Enggano terbaru sebelum eksplorasi sumber daya hayati 2015 ini dilaksanakan oleh Regen (2011). Namun kekayaan keanekaragaman hayati, khususnya di Enggano belumlah terungkap sepenuhnya.

Masih banyak kawasan dari pulau ini yang belum dieksplorasi. Di sisi lain, laju kerusakan hutan sebagai habitat fauna terus meningkat. Oleh karena itu, penelitian untuk mengungkap keanekaragaman fauna sangat penting untuk dilakukan.

Nah, begitulah penggalan-penggalan paragraf yang saya petik dari buku Ekspedisi Pulau Enggano terbitan LIPI Press yang cetakan pertamanya pada tahun 2017. Kita sudah sepatutnya ikut serta melestarikan dan menjaga lingkungan berharga seperti Pulau Enggano.

Di lain waktu semoga bisa membahas hal-hal lain berkenaan Pulau Enggano yaa...


25 comments

  1. Ini kalau wisata ke sana berarti lihat alam lepas ya mbak? Semacam ekowisata gitu?

    ReplyDelete
  2. Aku kira nama Enggano cuma nama burung, ternyata ada nama pulau ya.. asik ya kalo bisa jalan2 ke tempat unik gitu

    ReplyDelete
  3. sayangnya cukup jauh jaraknya dari kota Bengkulu yah. Padahal pastinya banyak yang penarsan ma keindahan Enggano.

    Klo emang niat musti prepare dana yang cukup deh

    ReplyDelete
  4. Cuma baca tulisannya saja sudah bisa bayangin.. Suasana pagi hari di Enggano pasti sejuk sekali mengingat masih banyaknya flora fauna di sana, ditambah suara merdu cuitan burungnya juga. Wah..

    ReplyDelete
  5. jaman sekolah aku suka sekali mempelajari dan ekplorasi fauna, pelajaran yang paling aku suka heheh

    ReplyDelete
  6. aku dari dulu suka banget eksplore flora fauna di daerah2 ke mana aku pergi. Elang Jawa di bawah puncak lawu, kucing hutan di Tegal Panjang, atau serangga serangga di sekitar tenda

    ReplyDelete
  7. Ya ampyun foto burungnya keren bamget. Nggak akan bosan ya eksplore flora dan fauna itu

    ReplyDelete
  8. Udah lama denger tentang enggano dan Pulau Enggano ini. Mudah-mudahan ada rezeki buat ke sana suatu hari nanti.

    ReplyDelete
  9. Setuju banget. Banyak pulau indah di negeri tercinta ini dan sudah selayaknya kita melestarikan kekayaan alam yang ada untuk menjaga keberadaan dan keindahan alamnya.

    ReplyDelete
  10. Kita sendiri yang semestinya menjaga kelestarian flora dan fauna ya, kalau tidak dari sekarang anak cucu kita nanti tidak akan melihat kembali jenis ini

    ReplyDelete
  11. wah tenryata begitu ya catatan flora dan fauna yang ada, memang alam ini selalu punya rahasia ya

    ReplyDelete
  12. Bengkulu emang keren y untuk wisata alamnya. Ada beberapa teman blogger dsana nanti coba kontak kl main y

    ReplyDelete
  13. Wah aku belum pernah ke Bengkulu Kak. Keren banget yaa Pulau Enggano itu...wisata alam yg menyehatkan lahir bathin.

    ReplyDelete
  14. pulau Enggano ini menarik juga untuk dikunjungi ya kak, kekayaan floranya baik didarat. laut dan udara menarik untuk dieksplorasi. kalau udah rame yang datang, kudu dijaga banget ekosistemnya

    ReplyDelete
  15. Pulau Enggano itu eksotis ya mba karena secara geologis emang bukan pecahan dari Pulau Sumatera, melainkan pulau yang emang sudah ada sejak dulu. Pulaunya kecil tapi berseberangan langsung sama Samudera Hindia yang lautnya super dahsyat itu. Kekayaan hayatinya pasti masya Allah banget di sana. Saya baca artikel Mba Eva berasa nostalgia lagi kuliah di kehutanan dulu. Hihihi. Apakah Mba Eva ada background kehutanan juga?

    ReplyDelete
  16. Kalau baca artikel dengan tema begini, jadi kembali diingatkan betapa kayanya Indonesia. Banyak banget tempat-tempat yang belum aku kunjungi, hiksss

    ReplyDelete
  17. baru tau aka pulau enggano. dari tulisannya aja aku udah membayangkan kalau disana tuh bakal tenang, damai.... pengen kesana ih

    ReplyDelete
  18. Nambah wawasan banget ulasannya Kak. Saya penasaran sama burung cekakak ini. Eh bunyinya bapa seperti orang tertawa cekakakan gitu? Hehehe...
    Saudara saya, ada yang bernama Enggano, ayahnya terinspirasi dari pulau Enggano ini juga lho. Sekarang kakak Ega (panggilan nya)itu tinggal di Sukabumi

    ReplyDelete
  19. MashaAllah.. ternyata pulau enggano sangat indah ya.. dan didalamnya juga masih manya satwa atau fauna yang dilindungi.. semoga suatu hari nanti saya juga bisa mengunjungi pulau enggano ini.. aamiin

    ReplyDelete
  20. Wilayah Sumatera yang pernah ku sambangi adalah Medan, Aceh dan Lampung. Semoga aku punya rezeki dan dapat kesempatan untuk berkunjung ke Bengkulu khususnya Pulau Enggano :)

    ReplyDelete
  21. Pemandangan yang luar biasa ya kak. Saya sendiri belum pernah kesana. Tapi, dari ulasan di atas saya jadi tertarik ingin membaca lebih jauh dan bisa jalan-jalan kesana. Di tengah wabah pandemi, banyak sekali kreatifitas yang bisa kita lakukan salah satunya menulis di Blog.

    ReplyDelete
  22. Kebayang deh gimana indahnya di Pulau Enggano ya, Indonesia tuh memang kaya sama pesona alamnya ya

    ReplyDelete
  23. Tahun 2017 ya bukunya, kalau sekarang sudah nambah berapa banyak ya? Bangga sekali Indonesia punya banyak alam dan fauna yang kaya dan kudu menjaga dari segala pihak

    ReplyDelete
  24. Indonesia itu punya banyak sekali kekayaan dan keindahan alam yang bisa kita eksplor

    ReplyDelete
  25. Pulau Enggano tuh di Sumatra ya....aduh geografiku rada payah hihi...Banyak satwa nya juga ya...wah ini dilindungi berarti bisa juga dikunjungi gak buat wisata? Seneng aja lihat alamnya

    ReplyDelete