Tenki no Ko atau Weathering with You ini sudah lama saya tonton, tapi baru sempat ditulis sekarang tentang kesan setelah menonton anime karya Makoto Shinkai ini.
Anime Tenki no Ko resmi tayang di Indonesia mulai 21 Agustus 2019 lalu di jaringan bioskop CGV, Cinemaxx dan beberapa jaringan bioskop lainnya. Tentu banyak penonton yang menanti-nanti karya Makoto Shinkai yang satu ini mengingat kesuksesan besar yang pernah diraihnya lewat anime Kimi no Nawa (Your Name).
Visual karya Makoto Shinkai memang tidak diragukan lagi, saya pribadi selalu terpana dengan karya-karyanya bahkan tak hanya visual anime yang keren tapi juga jalan cerita dan karakter tokohnya juga ketjeh.
Jadi, apa kesan setelah menonton anime ini?
Visual karya Makoto Shinkai memang tidak diragukan lagi, saya pribadi selalu terpana dengan karya-karyanya bahkan tak hanya visual anime yang keren tapi juga jalan cerita dan karakter tokohnya juga ketjeh.
Jadi, apa kesan setelah menonton anime ini?
Saya terharu, memang sih tidak se-meledak dan berdebar seperti Kimi no Nawa dulu, tapi asli tetap bagus banget. Ada hal penting dari anime Tenki no Ko yang saya soroti, saya garis bawahi, dan akan dibahas dalam tulisan ini; yakni tentang keluarga.
Saya tidak akan menceritakan detail alur anime ini, teman-teman bisa menontonnya untuk tahu lebih banyak. Secara singkatnya, dalam anime ini diceritakan seorang Hodaka Morishima, lelaki 16 tahun yang jenuh dengan kehidupannya di pulau terpencil. Dia pun memutuskan untuk kabur ke Tokyo. Saat dalam perjalanan, Hodaka mengalami kesulitan lalu bertemu dan diselamatkan Suga Keisuke.
Kehidupan di Tokyo sangatlah keras, apalagi untuk orang seusia Hodaka yang terlalu muda untuk bekerja secara legal. Ke sana ke mari mencari pekerjaan belum juga didapatkan, sementara uangnya semakin menipis. Saat mengunjungi restoran cepat saji, Hodaka bertemu Hina Amano yang berbaik hati memberikannya makanan secara gratis.
Hodaka yang memutuskan menghubungi Suga akhirnya mendapatkan pekerjaan sekaligus tempat tinggal, dan suatu hari dia bertemu lagi dengan Hina.
Tidak dijelaskan dengan rinci ada masalah apa Hodaka dengan keluarganya hingga memutuskan kabur, atau barangkali dia hanya jenuh. Namun, kehidupan Hina Amano dan Nagi adik lelakinya juga sangatlah keras.
Saat bertemu Hodaka, Hina bahkan berbohong tentang usianya yang 18 tahun. Hina dan Nagi menghadapi kehidupan yang keras setelah ibunya meninggal, sebagai seorang kakak Hina berjuang sekuat tenaga dan hidup mandiri. Sebenarnya anak-anak di bawah umur tidak boleh hidup tanpa dampingan wali, tapi mereka terancam berpisah kalau masuk panti sosial. Oleh karena itu Hina memilih kerja dengan memalsukan umurnya dan hidup bersama adiknya.
Saya tidak bisa menuliskan dengan kata-kata tentang kehidupan Hina dan Nagi, saya terharu saat memikirkan kakak-beradik ini. Keluarga adalah hal yang penting. Hina dan Nagi berjuang saling melindungi dan berusaha tetap bahagia hari demi harinya.
Nagi bahkan ikut membantu kakaknya saat menjadi Gadis Cuaca, tentu dibantu juga oleh Hodaka. Pekerjaan Hina sebagai gadis cuaca rupanya memiliki resiko yang cukup besar, menciptakan cuaca cerah dalam waktu singkat dapat berakhir tragis.
Meskipun cuaca cerah saat Hina menghilang, Nagi dan Hodaka sangat terpukul dan sedih. Hingga akhirnya Hodaka memilih Hina daripada cuaca cerah dan tenggelamlah Tokyo.
Begitulah.
Kehidupan di Tokyo sangatlah keras, apalagi untuk orang seusia Hodaka yang terlalu muda untuk bekerja secara legal. Ke sana ke mari mencari pekerjaan belum juga didapatkan, sementara uangnya semakin menipis. Saat mengunjungi restoran cepat saji, Hodaka bertemu Hina Amano yang berbaik hati memberikannya makanan secara gratis.
Hodaka yang memutuskan menghubungi Suga akhirnya mendapatkan pekerjaan sekaligus tempat tinggal, dan suatu hari dia bertemu lagi dengan Hina.
Tidak dijelaskan dengan rinci ada masalah apa Hodaka dengan keluarganya hingga memutuskan kabur, atau barangkali dia hanya jenuh. Namun, kehidupan Hina Amano dan Nagi adik lelakinya juga sangatlah keras.
Saat bertemu Hodaka, Hina bahkan berbohong tentang usianya yang 18 tahun. Hina dan Nagi menghadapi kehidupan yang keras setelah ibunya meninggal, sebagai seorang kakak Hina berjuang sekuat tenaga dan hidup mandiri. Sebenarnya anak-anak di bawah umur tidak boleh hidup tanpa dampingan wali, tapi mereka terancam berpisah kalau masuk panti sosial. Oleh karena itu Hina memilih kerja dengan memalsukan umurnya dan hidup bersama adiknya.
Saya tidak bisa menuliskan dengan kata-kata tentang kehidupan Hina dan Nagi, saya terharu saat memikirkan kakak-beradik ini. Keluarga adalah hal yang penting. Hina dan Nagi berjuang saling melindungi dan berusaha tetap bahagia hari demi harinya.
Nagi bahkan ikut membantu kakaknya saat menjadi Gadis Cuaca, tentu dibantu juga oleh Hodaka. Pekerjaan Hina sebagai gadis cuaca rupanya memiliki resiko yang cukup besar, menciptakan cuaca cerah dalam waktu singkat dapat berakhir tragis.
Meskipun cuaca cerah saat Hina menghilang, Nagi dan Hodaka sangat terpukul dan sedih. Hingga akhirnya Hodaka memilih Hina daripada cuaca cerah dan tenggelamlah Tokyo.
Begitulah.
Di sini saya sangat tertarik dengan Hina dan Nagi. Salut dengan mereka yang berjuang keras di tengah peliknya kehidupan. Apalagi tanpa orang tua dan tanpa wali yang mendampingi.
Di sisi lain, Suga Keisuka juga memiliki masalah dengan keluarganya. Setelah sang istri meninggal, dia tidak mendapatkan hak asuh anaknya. Bahkan untuk bertemu dengan anaknya pun sulit dengan alasan dia perokok dan memang anaknya mengidap asma.
Peran keluarga dalam kehidupan kita sangatlah penting, oleh karena itu jangan disia-siakan. Semoga saja kita semua bisa melewati hari-hari sulit dalam hidup dan dapat berbahagia bersama keluarga kita.
No comments