Tumpul ke atas, tajam ke bawah
Suara meraung-raung di negeri antah berantahBiar kuberi sebuah kisah nyata
Ini cerita tentang negeriku Indonesia
Aku duduk sendiri di depan televisi bersama sepotong roti
Kedap-kedip mataku, terengah-engah napasku melihat ketimpangan yang terjadi
Korupsi merajalela tertawa membahana, oh miris sekali
Aku nyaris membuang muka melihat negeri ini
Para tikus-tikus berdasi semakin hari semakin menjadi
Sementara seorang nenek yang mencuri ubi
Dijerat hukum yang tak mengenakkan hati
Kemana nurani para petinggi negeri?
Tindak pidana korupsi
Hanya sidang lagi dan sidang lagi
Si tikus tertawa sebab ia masih bisa ke mana saja
Memangsa keju hingga keliling dunia, ia bisa!
Tindak pidana korupsi
Haruskah si tikus dijerat hukuman mati?
Agar tak bisa berlari lagi
Supaya berhenti mengoceh tentang kekayaan diri
Namun, hukuman mati jelas bukan solusi
Si tikus beranak-pinak, punya sepupu dan keluarga besar
Patah tumbuh hilang berganti
Korupsi tak akan berhenti sekalipun kita pelototi dengan nanar
Kelak, Tuhan Yang Maha Mengerti akan menghukum si tikus berdasi
Sisa perjuangan dalam penghukuman biarlah milik petinggi negeri
Kita adalah nyawa Indonesia
Mari lebih berani untuk mengatakan TIDAK pada korupsi
Bengkulu, 14 November 2017
No comments