Dulu, aku pernah berpikir akan kehilanganmu suatu hari nanti... tapi masih tak habis pikir akan secepat ini. Kau sudah cukup jauh, jika dulu karena jarak maka sekarang sudah berdiri seseorang tepat di sebelahmu.
Dia mencuri banyak hal dariku; senyummu, tawa bahagia yang kukagumi sejak dulu, sinar matamu, getar suaramu, cerita darimu, pesan-pesan singkat, kekonyolanmu, seriusmu, dan tentu mimpi-mimpi besar di masa depanmu. Rupanya aku... sudah samar dalam kepalamu. Dan sudah tak ada posisi lagi di hati yang dulu pernah tulus mencintai.
Aku tergantikan tanpa sepatah kata yang diucapkan.
Lama aku tenggelam, dalam patah hati yang membuatku berdiam diri. Kupikir tak masalah selama kau bahagia dengannya, namun entah kenapa aku tak kunjung beranjak dari luka. Semakin kubilang; aku baik-baik saja! Justru aku semakin menderita.
Kau dengannya, aku ingin marah! Tapi bisa apa? Cinta yang memudar tak bisa kusalahkan, bukankah itu berarti kau tak merawatnya dengan baik? Aku lelah jika hanya aku yang berjuang.
Aku tidak cukup kuat melihat kau yang dulu sangat dekat kini dipenuhi sekat.
Hei, bukankah aku yang dulu ingin kau tuju? Bukankah aku harusnya menjadi alasanmu pulang? Kenapa mudah sekali bagimu untuk berubah? Apa kau hanyut karena di sana selalu bersamanya? Oh, sungguh aku ingin memukulimu dengan ribuan tanya, sayang bahkan menyapa sudah tak pernah.
Semoga bahagiamu utuh bersamanya, kali ini... walau tak bahagia, aku akan baik-baik saja. Berdamai dengan luka bagiku itu sudah biasa, dan ingatlah; aku pernah dengan tulus mencintaimu. Sejak kau menyapa bertahun-tahun lalu, bahkan sebelum aku sadar bahwa perasaan itu adalah cinta.
No comments