Sejarah Eksplorasi Flora di Pulau Enggano

Lathyrus Latifolius, contoh Fabaceae

Masih dalam suasana pandemi, namun aktivitas di luar sudah berjalan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Selama di rumah, saya membaca buku walau kadang berhenti di tengah namun ketika ada waktu luang atau mood sedang ingin membaca akhirnya dilanjutkan lagi.

Nah, salah satu buku koleksi saya berjudul Ekspedisi Pulau Enggano terbitan LIPI Press (cetakan pertama: Desember 2017). Pada April 2020, saya sudah mengulik sedikit tentang Fauna di Pulau Enggano, sumbernya juga dari buku ini. Sangat menarik, apalagi Enggano di bawah naungan Provinsi Bengkulu, sudah sewajarnya saya mengetahui atau mencari tahu tentang provinsi tempat tinggal.


Sangat disayangkan saya belum pernah terjun langsung ke Enggano, beberapa kali berencana ke sana namun gagal; ketika siap waktu dan keuangan, saat itu cuaca tidak mendukung dan bahaya kalau dilanjutkan. Rencana berikutnya yang terjadi adalah sebaliknya, cuaca mendukung namun ada kesibukan lain dan dompet menipis, hehee.

Keindahan alam di Enggano sangatlah memukau, blogger seperti saya harusnya sudah ke sana. Semoga Allah memampukan suatu hari nanti, aamiin

Meskipun Pulau Enggano telah dikunjungi oleh para penyelidik alam hayati (naturalist), dalam buku Ekspedisi Pulau Enggano disebutkan bahwa setidaknya semenjak von Rosenberg (1855) menggambarkan tentang alam tumbuhan pulau tersebut, data-data botani belumlah tersedia secara akurat, hingga pada eksplorasi yang dilakukan Lutjeharms di tahun 1936.

Disebutkan pula bahwa Lutjeharms (1937) melakukan eksplorasi terfokus di kawasan Koho Buwa Buwa dan beberapa kawasan lain seperti Boboyo, Kahyapu, Kioyo, dan Meok. Lutjeharms juga melakukan eksplorasi ke tiga pulau yang ada di sekitar Enggano yakni; Pulau Bangkai, Pulau Dua, dan Merbau.

Lutjeharms juga mencatat bahwa di Pulau Enggano dan Pulau Merbau masih ditemukan merbau (Intsia bijuga; Fabaceae) bagi yang belum tahu, ini tumbuhan suku polong-polongan atau salah satu suku tumbuhan dikotil yang terpenting dan terbesar. Lutjeharms menemukan tumbuhan tersebut dalam jumlah yang sangat besar dan rapat menutupi hutan hujan dataran rendah kedua pulau tersebut. Bahkan, dapat dikatakan bahwa merbau merupakan jenis pohon penunjuk dataran rendah kedua pulau itu.

Dalam buku Ekspedisi Pulau Enggano, disebutkan juga bahwa Lutjeharms mencatat keberadaan 138 jenis tumbuhan berbiji, lima di antaranya adalah jenis-jenis yang endemik:

1. Polyscias engganoense (Syn. Arthrophyllum engganoense) (Araliaceae; Philipson, 1977; Lowry & Plunkett, 2010)
 
2. Ixora engganensis (Rubiaceae; Bremekamp, 1938)
 
3. Medinilla engganensis (Melastomataceae; Bakhuizen van den Brink, 1943)
 
4. Barringtonia revoluta (Syn. Barringtonia flagellata) (Lecythidaceae; Lutjeharms & Ooststroom, 1938; Miller, 1906)
 
5. Diospyros scabiosa (Ebenaceae; Bakhuizen van den Brink, 1941)

Selain kelima jenis tumbuhan endemik tersebut, Lutjeharms juga mengoleksi beberapa jenis tumbuhan lain yang memiliki pesebaran hanya di Pulau Enggano dan sebagian pantai barat Sumatra seperti melinjo rambat Sumatra yang beberapa tahun kemudian diidentifikasi oleh Markgraf (1951) sebagai Gnetum loerzingii. Selain itu juga, Etlingera hemisphaerica (Zingiberaceae) dan Hellenia speciosa (Costaceae).
 
Well, itulah sedikit pembahasan tentang eksplorasi flora di Pulau Enggano. Bagi yang mau ke Pulau Enggano tidak bisa setiap hari, untuk menuju ke sana bisa menggunakan kapal dari Pulau Baai dan memakan waktu sekira 12 jam perjalanan. Sementara kalau menggunakan pesawat sekira 45 menit perjalanan dari Bandara Fatmawati. Keberangkatan pesawat setiap hari Senin (jadwal mungkin saja berubah).

7 comments

  1. Aku juga blm pernag mbk kesana menjajah bersama kwan"

    ReplyDelete
  2. Wah pengetahuan baru, ada lima endemik..

    ReplyDelete
  3. Ini dia tambahan informasi yang bikin saya semakin penasaran ke enggano, selain budayanya disana. Indonesia benar-benar kaya dengan flora dan fauna yang khas.

    ReplyDelete
  4. Aku juga udah beberapa kali nih mba niatin pengen ke Enggano, eh tapi kepending mulu, apalagi sekarang masih pandemi. Pengen banget ih main ke Enggano, katanya alamnya tuh cantik, ternyata floranya juga luar biasa ya :))

    ReplyDelete
  5. aku juga penasaran ddngan pulau enggano ini...kapan ya bobe pergi bareng kesana...

    ReplyDelete
  6. Aku belom pernah ke Enggano wkwk. Ingetnya kalau ke pasar tuh terkenal banget sama pisang Enggano yang besar-besar.

    ReplyDelete
  7. masih belum dapat gambaran dan foto yang lebih detil, butuh informai lebih nih saya. btw terima kasih for nice info mu

    ReplyDelete